#2
Tapi, sekarang? Apakah kau sadar? Apa yang terjadi sekarang yang
membuatmu tampak logis salah. Memang 'dulu' itu sudah terjadi beberapa
waktu yang lalu, dan lama. Kau tahu? Semua kebiasaanmu itu mulai hilang,
bahkan tiada sama lagi. Kau tak pernah lagi memberi tahuku kabarmu,
padahal itu hanya butuh beberapa detik di pagi luangmu. Memberitahuku
bahwa kau sudah terjaga, menanyakan kabarku, dan berkata kau
mencintaiku. Apakah itu membutuhkan waktu lama? Hanya beberapa detik di
pagi luangmu kan? Dan, sekarang, aku harus mengemis perhatianmu, harus
membuat janji denganmu di waktu luangmu? Siapa aku? Belum tentu kan kau
berkata 'iya', lalu kau akan menepatinya. Bagaimana dengan mereka yang
dengan mudah membuat janji dan bertatap muka denganmu? Tak sadarkah, kau
tak bisa menemuiku begitu kau menginginkannya? Tunggu, apakah sekarang
kau menginginkannya? Entahlah. Yah mungkin seiring berjalannya waktu,
aku hafal dengan rutinitasmu dan mungkin memang kau tak perlu berpamitan
padaku. Bisa jadi juga kau berpikir bahwa aku bisa menjaga diriku
sendiri dan baik-baik saja selama kau pergi. Memang, aku bisa menjaga
diriku, dan semua untukmu. Dulu, kau mengingatkanku untuk menjaga diri,
tapi sekarang? Ah, tapi dari dulu hingga sekarang aku selalu menjaga
diriku untukmu. Mungkin tanpa harus kau suruh pun aku sudah
melakukannya, dan mungkin alasan itulah yang membuatmu menghilangkannya
dalam rutinitasmu.
Di setiap waktu luangmu, adakah kau sekarang menyediakan waktu untuk sejenak ingin tahu bagaimana kabarku di sini? Memang sesekali pernah, dan itu sudah cukup untuk menenangkanku atas 'hilangnya' kau karena pekerjaanmu, tapi itu pun tak sekhawatir, sepanik, dan sebersalah dulu. Yah, mungkin memang sekarang dengan kau tau status Twitterku yang menunjukkan aku baik-baik saja, itu sudah cukup bagimu. Beberapa SMS dariku yang kebingungan mencarimu, berkata bahwa aku merindukanmu, mengkhawatirkanmu, bagimu itu sudah cukup menunjukkan bahwa aku baik-baik saja, dan semua itu cukup bagimu. Tapi, kau tahu, kediamanmu itu tak cukup bagiku, sayang. Sungguh. Saat malam datang, semua belum berakhir begitu saja. Aku sudah sangat antusias menanti handphone-ku berdering karenamu, menanti pesan darimu, dan tentu saja, suaramu. Sebelum ini, memang kau sempat meneleponku di tengah malam, membangunkanku saat aku sedang berusaha terlelap, tapi aku senang, dan sontak saja aku angkat. Aku berharap suara riangmu dan cerita tentang harimu. Tapi, apa? Suaramu tampak lemah dan lelah, dan tentu aku tak akan berbicara banyak, selain mengantarkanmu tidur. Ya, kau begitu manja. Dengan begitu saja pun, itu cukup bagiku membayar semua kekesalanku. meskipun hanya sebagai 'bantal dan gulingmu' saja, itu cukup. Kali ini waktu yang ku dapatkan darimu benar-benar sisa.
to be continued...
Maaf aku masih cemburu dengan kesibukkanmu di sana tapi inilah cara cemburuku yang untuk mencintaimu selalu. #LDR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar