#1
Sore itu, ya sore itu, aku masih tak menerima kabar apa pun darimu, SMS, telepon, bahkan sepertinya kau juga tak mencoba untuk menghubungiku. Aku tahu kau di sana sedang melakukan sesuatu yang memang menjadi kewajiban atas profesi, tuntutan, dan cita-citamu. Entah lagi-lagi aku yang kurang sabar atau memang kau yang tak mau mencoba mengertiku. Tapi, aku rasa, tak mudah menjadi dirimu, dan tak mudah menjadi diriku. Jujur sebenarnya, aku lelah dengan keadaan monoton seperti ini. Aku menunggumu, tapi seolah kau tak mau mengerti aku menunggumu. Tapi, di sisi lain, lagi-lagi aku sadar bahwa waktumu sedang tak bisa luang, seperti saat kau libur, dan itu jarang. Aku merindukanmu, tapi seolah kau semakin mengejekku dengan menambah kesibukanmu. Baiklah, aku sangat sadar bahwa itu semua adalah karena kewajibanmu yang memang sedari dulu sudah ku ketahui. Sungguh.
Semuanya seakan bertarung dalam benakku, saling mempengaruhi untuk berpikir seperti apa terhadapmu. Aku berusaha berpikir positif, tapi hatiku merindumu, dan itu membuat semuanya buyar. Aku berbalik menyalahkanmu. Secara logis, kau salah. Awalnya, kau selalu bilang akan pergi ke mana, untuk urusan apa, dan selalu memperhatikanku di saat kau mendapatkan waktu luang. Kau pun akan menepati janjimu untuk kembali dan menghabiskan waktu bersamaku. Meskipun itu hanya waktu sisa, aku tak pernah menganggapnya seperti itu. Semua penantianku terbayar, dan semua kejengkelanku sirna begitu saja.
to be continued...
Kata 'rindu' itu sederhana, tapi merindukanmu itu tak pernah sesederhana mengucapkannya.#LDR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar